Kata Pengantar
Puji syukur
penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Komunikasi Konseling
pada Ibu Nifas. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Konseling.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Surakarta,
Mei 2013
Penyusun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di negara maju maupun
negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian baca selengkapnya
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini
terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan
pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi
dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang
timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan
harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian masa nifas?
2. Bagaimana
tahapan dalam masa nifas?
3. Apa
tujuan dari asuhan masa nifas?
4. Bagaimana
terjadinya proses perubahan pada organ reproduksi ibu masa nifas?
5. Adaptasi
psikologis seorang ibu dalam masa nifas?
6. Aspek-aspek
klinis masa nifas?
7. Apa
saja kebijakan program nasional masa nifas?
8. Apa
tujuan dari kunjungan masa nifas?
9. Bagaimana
cara perawatan masa nifas?
10. Bagaimana
peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan pada ibu nifas?
11. Asuhan
apa saja yang termasuk ke lanjutan masa nifas dirumah?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan
pengertian masa nifas
2. Menjelaskan
tahap-tahap masa nifas
3. Menjelaskan
tujuan asuhan masa nifas
4. Menjelaskan
perubahan organ reproduksi pada masa nifas
5. Menjelaskan
adaptasi psikologis masa nifas
6. Menjelaskan
aspek-aspek klinis masa nifas
7. Mengetahui
kebijakan program nasional masa nifas
8. Menjelaskan
tujuan kunjungan masa nifas
9. Menjelaskan
perawatan masa nifas
10. Menjelaskan
peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
11. Menjelaskan
asuhan lanjutan masa nifas di rumah
1.4 Manfaat
Penulisan
1. Mahasiswa
mampu menjelakan pengertian dari masa nifas
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan tahap-tahap masa nifas
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan tujuan dari asuhan masa nifas
4. Mahasiswa
mampu menjelaskan perubahan organ reproduksi pada masa nifas
5. Mahasiswa
mampu menjelaskan adaptasi psikologis yang dialami ibu masa nifas
6. Mahasiswa
mampu menjelaskan aspek-aspek klinis dari masa nifas
7. Mahasiswa
mampu mengetahui kebijakan program nasional masa nifas
8. Mahasiswa
mampu menjelaskan tujuan kunjungan masa nifas
9. Mahasiswa
mampu menjelaskan mengenai perawatan masa nifas
10. Mahasiswa
mampu menjelaskan peran dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas
11. Mahasiswa
mampu menjelaskan asuhan lanjutan masa nifas di rumah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa Nifas
1.
Masa nifas merupakan masa dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti
semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 – 8 minggu atau dalam agama
islam disebut 40 hari.(mochtar R, 1998 )
2.
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. (Pusdiknakes,
2003:003).
3.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
4.
Masa nifas merupakan masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
5.
Masa nifas adalah masa setelah seorang
ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali
yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
2.2 Tahap-tahap
masa Nifas
Masa
nifas terbagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1. Puerpurium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
2. Puerperium
intermedial yaitu suatu masa dimana kepulihan menyeluruh organ-organ reproduksi
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna
baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau
tahunan, terutama bagi ibu hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
(Mochtar R, 1998).
2.3 Tujuan
Asuhan Masa Nifas
Tujuan
dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah
1. Untuk
mempercepat involusi uterus ( rahim )
2. Untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
3. Melaksanakan
skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
4. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayisehari-hari.
5. Memberikan
pelayanan KB.
6. Mendapatkan
kesehatan emosi.
2.4 Perubahan
Organ Reproduksi Pada Masa Nifas (Involusi Traktus Genetalis)
1.
Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
a. Bayi
lahir : Setinggi pusat (1000 gr)
b. Uri
lahir: 2 jari di bawah pusat – 750 gr
c. 1
minggu: Pertengahan pusat sympisis – 500 gr
d. 2
minggu: Tak teraba diatas sympisis – 350 gr
e. 6
minggu: Bertambah kecil – 50 gr
f. 8
minggu: Sebesar normal – 30 gr
2.
Endometrium
Perubahan–perubahan
endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat
inplantasi plasenta.
a. Hari
pertama : endometrium setebal 2-5 mm dengan permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin
b. Hari
ke dua : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami
degenerasi.
3.
Involusi tempat plasenta
Uterus
pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam
cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter
7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai
24 mm.
4.
Perubahan pada pembuluh darah uterus
Pada
saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya
ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot
berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini
akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.
5.
Perubahan servix
Segera
setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri
yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna
servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah
1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
6.
Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina
dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya
secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa
jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.
7.
Perubahan di peritoneum dan dinding
abdomen
Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan
rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).
2.5 Adaptasi
Psikologis Masa Nifas
1.
Masa Taking In ( 1-2 hari post partum )
a. Ibu
bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri
b. Tingkat
ketergantungan tinggi
c. Kebutuhan
nutrisi dan istirahat tinggi
d. Ibu
akan mengingat dan mengulang-ulang cerita tentang pengalamannya melahirkan
2.
Masa Taking Hold ( 3-4 hari post partum)
a. Ibu
khawatir akan kemampuannya merawat bayi
b. Lebih
fokus pada perubahan fungsi- fungsi tubuh, seperti eliminasi dan daya tahan
tubuh
c. Ibu
berusaha keras untuk menguasai keterampilan merawat bayi secara mandiri
3.
Masa Letting Go ( minggu ke 3-4 post
partum )
a. Perhatian
pada bayi sebagai individu terpisah
b. Ibu
mengambil tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
2.6 Aspek
– Aspek Klinik Masa Nifas
1.
Suhu
Suhu
badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari
38°C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38°C selama 2 hari berturut-turut, maka
kemungkinan terjadi infeksi. kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring
menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara, masa
puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari
implantasi plasenta yang disebut lochea.
2.
Pengeluaran lochea
Pengeluaran
lochea terdiri dari :
a. Lochea
rubra ( hari ke 1 – 2)
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo, dan mekonium
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo, dan mekonium
b. Lochea
sanguinolenta (hari ke 3 – 7 )
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
c. Lochea
serosa ( hari ke 7 – 14)
Berwarna kekuningan.
Berwarna kekuningan.
d. Lochea
alba ( hari ke 14 – selesai masa nifas)
Hanya merupakan cairan putih, lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
Hanya merupakan cairan putih, lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
3.
Payudara
Pada
payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara
mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi
payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Hari kedua post
partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari
pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums
banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak
mineral tapi gula dan lemak sedikit.
4.
Traktus Urinarius
Buang
air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala
dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar
hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang
mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
5.
System Kardiovarkuler
Normalnya
selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan
eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh
di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita
tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah
kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak
hamil yang biasa, setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan
tidak hamil.
2.7 Kebijakan
Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan
program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1.
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.
Melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.
Mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.
Menangani komplikasi atau masalah yang
timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya. Asuhan yang diberikan
sewaktu melakukan kunjungan masa nifas.
2.8 Kunjungan
Masa Nifas
Kunjungan
masa nifas minimal dilakukan 4 kali selama masa nifas.
1. Kunjungan
I ( 6 – 8 jam post partum )
a. Mencegah
perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri
b. Mendeteksi
dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan
konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri
d. Pemberian
ASI awal
e. Mengajarkan
cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga
bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
g. Setelah
bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik
2. Kunjungan
ke-2 ( 6 hari post partum )
a. Memastikan
involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
c. Memastikan
ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan
ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
e. Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui
f. Memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir
3. Kunjungan
ke-3 ( 2 minggu post partum )
Asuhan
pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6
hari post partum.
4. Kunjungan
ke-4 ( 6 minggu post partum )
a. Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
b. Memberikan
konseling KB secara dini
2.9 Perawatan
Masa Nifas
Perawatan
puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
Rawat
gabung ( roming in )
Perawatan
ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama.
Tujuannya agar terbentuk ikatan antara ibu dan bayinya dalam bentuk kasih sayang ( bounding attachment ), sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
Tujuannya agar terbentuk ikatan antara ibu dan bayinya dalam bentuk kasih sayang ( bounding attachment ), sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
a. Pemeriksaan
umum meliputi kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
b. Pemeriksaan
khusus meliputi pemeriksaan fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara
Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
d. Lochea;
lochea rubra, lochea sanguinolenta
e. Luka
jahitan
Luka jahitan apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, turbor, dan tumor ).
Luka jahitan apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, turbor, dan tumor ).
f. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
g. Diet
Makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
Makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
h. Miksi
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.
i.
Defekasi
Buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.
Buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.
j.
Kebersihan diri
Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun, dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus, kemudian mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun, dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus, kemudian mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
k. Menganjurkan
pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16 minggu post
partum)
l.
Imunisasi
Menganjurkan ibu untuk selalu membawa bayinya ke RS, PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi.
Menganjurkan ibu untuk selalu membawa bayinya ke RS, PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi.
2.10
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam
Masa Nifas
Bidan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai
promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong
ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat
kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi
komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan
konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman.
7. Melakukan
manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan
asuhan secara professional.
2.11
Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
1. Gizi
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).
2. Kebersihan
diri
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin; menyarankan ibu untuk mengganti pembalut; menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin; menyarankan ibu untuk mengganti pembalut; menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Istirahat
/ tidur
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
4. Pemberian
ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
5. Latihan/
senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal; menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal; menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
6. Hubungan
seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.
7. Tanda-tanda
bahaya masa nifas
Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum.
Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa
nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 –
8 minggu atau dalam agama islam disebut 40 hari, tahap- tahap masa nifas
meliputi : puerpurium dini, puerpurium intermedial, remot puerpurium. Tujuan
dari masa nifas yaitu untuk mengetahui kesejahtraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan , nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas, perdarahan,
cara mencegah hipotermi pada bayi.
3.2 Kritik
dan Saran
Dewasa
ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat di perlukan karena sangat membantu
ibu dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika mengalami kesulitan
dalam mengasuh bayinya. Serta, dengan adanya konseling masa nifas ibu menjadi
lebih memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan, pemenuhan nutrisi, waspada
akan terjadinya kelainan-kelainan yang dapat membahayakan ibu dan bayinya.
Selain itu juga dapat membantu mahasiswa dalam belajar tentang betapa
pentingnya asuhan kebidanan untuk ibu nifas khususnya mahasiswa kebidanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar